Selasa, 30 November 2010

GKI Humanitarian Volunteer's Meeting

Update Tim GKI 29-30 November 2010

Kunjungan Kerja Ketua Gerakan Kemanusiaan Indonesia,
Jumpa Relawan Tim GKI Jogja

29 November 2010 pimpinan Gerakan Kemanusiaan Indonesia, Pdt. Kuntadi Sumadikarya, mengunjungi para relawan Tim GKI Jogja yang berjumlah lebih dari 200 relawan di GKI Gejayan.

30 November 2010 kunjungan dilanjutkan dengan mengunjungi Posko-posko Tim GKI Jogja di Adisucipto dan Cangkringan.

Relawan yang Saya Sayangi

Berkumpul di tengah relawan selalu menyenangkan. Entah itu di daerah bencana maupun di markas. Saya selalu melihat wajah relawan yang penuh canda dan tawa, pertanda sukacita. Hal itu terjadi bukan saja pada para relawan yang masih muda, tetapi juga pada relawan ibu-ibu yang sudah lebih berumur. Tampaknya benar “Adalah lebih berbahagia memberi daripada menerima.” (Kis. 20:35) atau ucapan Franciscus Asisi, “Dengan memberi, kita menerima.” Malam 29/11/10 itu berkumpul lebih dari seratus lima puluh relawan, selebihnya bertugas dan berhalangan. Kunjungan saya adalah untuk menyampaikan bagi setiap relawan selembar piagam penghargaan atas kerelaan dan jerih payah mereka melayani para pengungsi, dengan spirit yang terbit dari dalam hati. Saya melihat wajah mereka senang. Memangnya siapa yang tidak senang jika dihargai dan diakui? Semua manusia begitu, relawan juga begitu. Namun saya tahu mereka tidak pernah mengharapkan piagam ini. Mereka bahkan tidak tahu kalau pimpinan Tim GKI merencanakan hal ini. Itu sebab kedatangan dari Jakarta ke Jogja menjadi berharga buat saya juga. Mereka terbagi atas kelompok-kelompok: 1) Logistik dan Transportasi, 2) Pelayanan Anak dan Ibu, 3) Medis, 4) Dapur Umum, 5) Pengelolaan Posko-posko Tim GKI Jogja, dan 6) Pengelolaan Posko Adisucipto. Seperti biasa, GKI Gejayan dikenal sebagai jemaat multi-etnik. Jadi saya tidak heran menjumpai wajah-wajah Batak, Nias, Jawa, Timor, Tionghoa dll. Mereka juga didukung oleh tim doa di gereja, sehingga mereka yakini perlindungan Tuhan dalam melayani di tempat-tempat yang mungkin berbahaya.

Berbagi Apa yang Ada di Hati Saya

Saya diberi kesempatan untuk sharing reflektif. Pdt. Paulus Lie pimpinan Tim GKI Jogja mengatakan pada saya, “Mereka perlu mendapatkan motivasi dari Pak Kun.” Sharing ini didasarkan kepada Luk. 13:10-17 judulnya aktual dan relevan buat para relawan, “Menegakkan Orang yang Tidak Dapat Berdiri Tegak.” Judul itu tidak dibuat-buat, sebab isi perikop memang tentang penyembuhan seorang perempuan yang sakit bungkuk sehingga tidak dapat berdiri tegak. Setelah disembuhkan Yesus, perempuan itu dapat berdiri tegak. Waktu sakit tak leluasa bicara, waktu sembuh leluasa bicara. Waktu sakit pandangan terbatas, waktu sembuh pandangan luas. Namun kesembuhan atau tegaknya perempuan ini tidak selalu menyenangkan orang. Ada yang protes dan menjadi gusar. Aneh tapi benar, banyak orang tidak suka kalau ada orang lain tegak dan tertolong. Mereka ini adalah orang-orang yang berpegang kepada aturan terlalu kuat, seolah-olah kehidupan manusia hanya bergantung pada aturan, bahkan aturan agama. Padahal mereka sendiri sering tidak berpikir untuk menerapkan aturan yang sama pada diri sendiri. Saya sering bilang, kalau satu saja ayat Injil diterapkan konsisten, maka kehidupan akan berubah dan dibaharui secara spiritual dan secara keseluruhan. Misalnya, perkataan Yesus, “Apa yang kamu mau orang lain perbuat kepadamu, perbuatlah juga demikian!” (Mat. 7:12; Luk. 6:31). Bahkan jika memberi orang miskin makan, kata Yesaya, Berilah orang miskin makan dengan apa yang kamu sendiri inginkan (bdk. Yes. 58:10). Melalui lika-liku perenungan reflektif ini, saya menceritakan pengalaman-pengalaman Tim GKI mulai tahun 2004 di Aceh sampai tahun 2010 di Papua dan Mentawai.

Lebih Luhur dari Merawat Manusia

Saya menegaskan apa yang mendasari spiritualitas Tim GKI selama ini. Jika kita memberi makan orang lapar, ketika kita memberi minum orang haus, ketika kita memberi pakaian kepada orang yang tidak punya pakaian, ketika kita membebaskan orang dari perangkap hidup; kata Theresa, kita bukan sedang merawat manusia, melainkan sedang merawat Kristus! itulah berita Injil dalam Mat.25:34-40. Kata Yesus,” sesungguhnya segala sesuatu yang kamu lakukan untuk salah seorang dari saudara-Ku yang paling hina ini, kamu telah melakukannya untuk Aku.” Kita memang mengerjakan pekerjaan sosial, tapi kita bukan pekerja sosial. Kita adalah pekerja Kristus, yang berbagi kasih tanpa pamrih. Kristus sudah melakukan segalanya bagi kita, bahkan memberi darah dan nyawa-Nya demi keselamatan kita, jadi inilah respon kita kepadanya. Tim GKI sama sekali bukanlah lembaga profesional, tetapi Tim GKI bekerja profesonal seoptimal dan semaksimal mungkin. Di belakang Tim GKI ada dukungan dari 218 jemaat GKI dan 232,749 anggota GKI yang tersebar dari Batam sampai Bali. Itu adalah dukungan yang kuat sebagai anugerah dan kasih karunia Tuhan.

Malam kunjungan diakhiri dengan berfoto-ria dan makan malam bersama, sambil terus melantunkan kidung dan tembang pujian kepada Tuhan yang empunya bumi dan segala isinya.

(Kuntadi)

Report by
Pdt. Kuntadi Sumadikarya –
Tim GKI Sinode GKI

Tidak ada komentar: