Selasa, 23 November 2010

Update GKI Humanitarian 21-22 November 2010

Update Tim Gerakan Kemanusiaan Indonesia

(Tim GKI) 21-22 November 2010

Jogja

21-11-10

1) Tim GKI Jogja membuat posko baru di Dusun Kiaran Plagrak, Desa Wukirsari. Berlokasi di rumah pengungsi yang sudah pulang ke rumahnya ini.

2) Dari posko tersebut Tim GKI Jogja melayani masyarakat Dusun Karanggeneng, Umbulharjo, Cangkringan. Sebagian dari masyarakat adalah mereka yang semula merupakan pengungsi di barak-barak binaan Tim GKI Jogja.

3) Mereka direkrut jadi relawan Tim GKI Jogja untuk membantu membersihkan rumah, mengisi air bersih bagi para tetangga.

4) Bersama Tim GKI Jogja mereka juga membantu dusun terparah yang hancur total, yang lokasinya terletak di sebelah bawah desa mereka, yakni Dusun Bronggang, Bakalan, Srodokan, Gungan, Gondang, Ngepringan, Ngancar (dimana banyak korban), Glagah Harjo, Petung.

5) Dengan begitu Program Recovery dan Pembangunan Ekonomi masyarakat dimulai.

22-11-10

1) Tim GKI Jogja berkoordinasi dengan Pemda/Posko yang berwenang untuk korban merapi, dalam Program pembangunan shelter bagi pengungsi.

2) Setiap shelter membutuhkan dana sebesar Rp 7 juta.

3) Tim GKI Jogja mengharapkan dukungan lembaga/gereja/donatur untuk rencana tersebut .

4) Seberapapun dukungan/donasi yang diberikan pasti akan jadi berkat bagi para korban, yang masih harus menunggu 3-6 bulan lagi baru bisa kembali ke rumah mereka yang sudah rusak.

5) Pengalaman Tim GKI Jogja dari gempa terdahulu di Bantul, shelter yang dibangun oleh Tim GKI Jogja terpakai sampai 2-3 tahun. (Paulus Lie)

Wasior

Rangkuman Oktober sampai November 2010

1) Melihat tingginya kebutuhan pelayanan kesehatan dan kurangnya tenaga medis di Wasior, Tim GKI kembali ke Wasior.

2) Tim GKI Wasior mendapati puskesmas, puskesmas-pembantu dan rumah sakit dalam rusak berat.Semuanya tidak dapat berfungsi sama sekali.

3) Tim GKI Wasior juga mendapati tenaga medis sangat minim.

4) Tim GKI Wasior setelah berkoordinasi dengan pihak-pihak terkait beberapa waktu lalu telah “menyulap Kantor Dinas Sosial Kabupaten Teluk Wondama, yakni bangunan kokoh yang tetap berdiri, menjadi Rumah Sakit Darurat.

5) Keberadaan RS Darurat Gerakan Kemanusiaan Indonesia ini sangat vital, karena sebagian pengungsi yang dulu meninggalkan kota ini telah kembali ke Wasior, padahal sarana kesehatan yang ada belum dapat berfungsi.

6) Tim GKI Wasior mengirimkan sejumlah besar obat-obatan dan sarana pendukung RS Darurat Gerakan Kemanusiaan Indonesia. Dua relawan Tim GKI Wasior, Samuel Akeli dan Manto, mengarungi Samudra Indonesia selama hampir dua minggu untuk mengirim obat-obatan dan sarana pendukung tersebut dari Jakarta menuju Wasior. Perjalanan memakan waktu lama karena tidak ada kapal langsung dari Jakarta ke Wasior. Mereka berdua berangkat dari pelabuhan Tanjung Priok menuju Sorong dan dari Sorong menuju Wasior.

7) Tim GKI Wasior menghabiskan waktu setengah hari untuk menurunkan obat-obatan dan sarana pendukung tersebut dari kapal setibanya di Wasior.

8) Tiga dokter Tim GKI Wasior yang melayani di Wasior selama satu bulan lebih harus bekerja hampir 24 jam per hari.

9) Pasien yang terlayani di Rumah Sakit Darurat Gerakan Kemanusiaan Indonesia yang dijadikan RS rujukan adalah:

a. 299 pasien rawat jalan,

b. 29 pasien rawat inap,

c. 7 pasien tindakan,

d. 1 pasien bedah minor

e. 1 pasien partus.

10) Para pasien yang terlayani RS Darurat Gerakan Kemanusiaan Indonesia bukan hanya masyarakat tapi juga para pejabat Kabupaten Teluk Wondama, anggota TNI dan Polri.

11) Para dokter Tim GKI Wasior sepakat bahwa mereka sangat membutuhkan adanya sebuah laboratorium guna mendukung analisis penyakit para pasien. Namun laboratorium termaksud belum tersedia.

12) Selain pelayanan Rumah Sakit Darurat, Tim GKI Wasior juga melakukan pelayanan kesehatan keliling ke distrik-distrik yang sulit terjangkau dan berlokasi jauh dari kota kabupaten. Di sana ditemukan banyak masyarakat korban mengungsi.

13) Selain minimnya fasilitas kesehatan, sarana transportasi pun merupakan kendala bagi pasien untuk mendapat pelayanan kesehatan.

14) Melihat hal itu maka relawan Tim GKI Wasior memutuskan untuk menjemput pasien bila dianggap membutuhkan pelayanan kesehatan dengan ambulance pinjaman dari Pemda Kabupaten Teluk Wondama.

15) Corneles Tomaluweng, relawan Tim GKI Wasior dari GKI Cikarang setiap hari, pagi hingga malam, menjemput dan mengantar pasien dari tempat tinggal mereka menuju Rumah Sakit Darurat Gerakan Kemanusiaan Indonesia. Manakala pasien harus dirujuk ke Manokwari, ibukota Propinsi, maka Ny. Hartini Suryadi Soedarmo, relawan Tim GKI Wasior dari GKI Palsigunung, bersama Corneles Tomaluweng mengurus pemberangkatan pasien.

16) Hal ini yang membuat Ny. Hartini Suryadi Soedarmo kerap disapa “mami” oleh banyak penduduk Wasior. Sementara Corneles dipanggil “Sincan.” Ketika kami bertanya kenapa demikian, penduduk tersenyum lalu mengatakan, “Begini kaka, Sincan itu tokoh kartun yang digemari oleh masyarakat Wasior karena Sincan banyak akal, rajin dan lucu. Pokoknya kami melihat Sincan dalam diri Neles.” Neles senang dengan sebutan ini dan menambahkan mulai saat ini panggil aku “Sincan dari Wasior.”

17) Selain pelayanan kesehatan Tim GKI Wasior mendistribusikan bantuan berupa:

a. sabun mandi,

b. deterjen,

c. piring plastik,

d. gelas plastik,

e. panci,

f. kuali,

g. pakaian dalam,

h. handuk

i. lampu

18) Pasien yang terlayani dari pengobatan keliling 389 orang. Jenis penyakit yang dijumpai selama pelayanan kesehatan keliling Tim GKI Wasior adalah : Trauma, ISPA, Malaria, Kulit, Diare, Jiwa dan Sepsis (Infeksi).

19) Tim GKI Wasior diundang bergabung membantu pelayanan kesehatan di atas kapal KRI Dr. Soeharso, kapal rumahsakit TNI Angkatan Laut

20) Komandan KRI Dr. Soeharso, Letkol Laut (P) Heribertus Yudho Warsono dan Dansatgas Pemulihan dan Rehabilitasi Pasca Bencana Kolonel Laut (P) Benny Sukandari , mengundang dua dokter Tim GKI Wasior membantu pelayanan kesehatan di atas kapal sejak 6 sampai 14 November 2010 bagi korban Wasior yang masih berada di Manokwari.

21) Selama pelayanan kesehatan di atas kapal KRI Dr Soeharso ini keseluruhannya terlayani 1.500 pasien dengan berbagai penyakit dengan 180 pasien di antaranya mengalami bedah mayor dan minor.

22) Dr. Leonanta Mahardika Ginting, dokter Tim GKI Wasior dari GKI Sutopo, Tangerang, adalah penanggungjawab Rumah Sakit Darurat Gerakan Kemanusiaan Indonesia. Dr. Leonanta menjadi sangat sibuk karena selama 9 hari ia harus bekerja seorang diri ketika dua rekannya diminta membantu pelayanan di KRI Dr. Soeharso.

23) Di tengah kondisi super sibuk Dr. Leo mengatakan Tim GKI selalu mengajarkan dan menanamkan prinsip pada para relawan supaya melihat masyarakat korban seperti kita melihat Kristus, karena itu pelayanan harus tetap berjalan walau lelah

24) Tim GKI Wasior merasakan sedang berjumpa dengan Kristus di tengah mereka yang sakit.

25) Senyuman Dr Leonanta membuat pasien yang datang berobat mengatakan, “Asal dilihat oleh dokter saja, kami sudah merasa sembuh.

26) Ny. Jeanne K. Torey, istri Bupati Teluk Wondama mengatakan, “Dr. Leo itu sudah saya anggap seperti anak sendiri. Ibu Bupati menambahkan , Gerakan Kemanusiaan Indonesia adalah bagian dari masyarakat Teluk Wondama, khususnya keluarga besar Torey.

27) Begitu sayangnya Ibu Bupati pada relawan dan dokter Tim GKI Wasior sehingga beliau merelakan diri untuk membuat masakan bagi relawan Gerakan Kemanusiaan Indonesia selama hampir satu bulan. Bukan hanya membuat masakan tapi beliau selalu mendampingi dan memperhatikan setiap relawan Gerakan Kemanusiaan Indonesia.

28) Ketika Tim GKI Wasior bertanya, “Mengapa Ibu begitu mengasihi Gerakan Kemanusiaan Indonesia? Beliau menjawab, Gerakan Kemanusiaan Indonesia melayani tanpa pamrih dengan hati yang tulus, tanpa pernah mengeluh, senang bercanda. Menurut Ibu Jeanne waktu awal kejadian banjir bandang datang banyak sekali relawan, tapi makin hari makin berkurang. Relawan Gerakan Kemanusiaan Indonesia mampu bertahan sampai lebih dari satu bulan, itulah yang membuat saya menaruh simpati amat sangat untuk Gerakan Kemanusiaan Indonesia. Hanya ini yang mampu kami buat sebagai orang Papua untuk mengucapkan terima kasih pada Gerakan Kemanusiaan Indonesia. Beliau menambahkan, “Apa yang kami buat belum sebanding dengan pengorbanan para relawan Gerakan Kemanusiaan Indonesia untuk masyarakat Papua khususnya masyarakat Teluk Wondama.

29) Pnt. Sudiyanti, relawan Tim GKI Wasior dari GKI Sumbawa Dua Jakarta Barat, yang ikut serta dan bertanggunggjawab memperhatikan para relawan, mengatakan semua relawan baik dokter maupun non don dokter walaupun bekerja berat namun berat badannya naik.

30) Di tengah kesibukan pelayanan Tim GKI Wasior, setiap malam tidak pernah lupa melakukan persekutuan. Dr. Marthin mengatakan, “Seandainya satu malam kami tidak melakukan persekutuan sepertinya ada bagian yang hilang.

31) Tim GKI Wasior bukan hanya disambut baik oleh para pejabat pemerintah, tapi masyarakat Wasior juga sangat senang.

32) RS Darurat Gerakan Kemanusiaan Indonesia adalah satu-satunya RS di Kota Wasior untuk saat ini.

33) Ketika masyarakat mendengar bahwa Tim GKI Wasior akan selesai tugas di Warior maka sebagai bentuk dari ungkapan sukacita masyarakat mereka berbondong-bondong mendatangi posko Tim GKI Wasior yang berlokasi di rumah dinas Bupati Teluk Wondama.

34) Masyarakat datang dengan membawa hasil bumi seperti keladi, rebung, pisang, sagu, pepaya dan pinang. Selain hasil bumi masyarakat juga membawa batik papua untuk 3 dokter dan 3 relawan Tim GKI Wasior yang selama satu bulan bersama masyarakat Wasior.

35) Bahkan kepala kampung dan masyarakat dari Distrik Rasiey harus berjalan kaki kira-kira 3 Jam sebelum disambung sewa angkutan karena jarak tempuh kira-kira 25 Km dari kota Wasior, datang menemui Tim GKI Wasior hanya untuk mengatakan Terima kasih dan mengantar hasil bumi mereka sebagai ungkapan syukur 15 warga kampungnya dapat sembuh.

36) Kamis, 18 Nov 2010 semua komponen kesehatan dari Kepala Dinas Kesehatan sampai staff admin berkumpul di kediaman Bupati untuk melakukan kebersamaan.

37) Sabtu, 20 November 2010 Tim GKI Wasior mengakhir pelayanan di bumi Wasior.

38) Masyarakat, pejabat pemerintah, anggota TNI dan Polri mengantar kepulangan relawan Tim GKI Wasior. Linangan airmata penuh harap mengantar relawan Tim GKI Wasior. Warga Wasior seakan tak rela melepas kepergian para relawan Tim GKI Wasior.

39) Dr. Johan Joteni, dokter alumni UKRIDA, kepala puskesmas setempat, yang sempat terhilang beberapa saat karena Banjir bandang (dan yang sempat didoakan di dalam Persidangan ke-68 Majelis Sinode Wilayah Jawa Barat Bulan Oktober 2010 di Bandung), menatap kepergian para relawan Tim GKI Wasior sambil berkata, “Tim GKI Wasior segera kembali, tong [saya] seorang diri disini. Maklum Dr. Joteni sendiri masih dalam kondisi yang belum pulih seratus persen dari musibah banjir bandang yang dialaminya.

40) Ratusan SMS yang berisi ucapan terima kasih dan pertanyaan kapan Tim GKI kembali ke Wasior memenuhi terus masuk ke telepon selular relawan GKI.

41) Bahkan beberapa warga masyarakat mengantar para relawan Tim GKI Wasior sampai ke Manokwari.

42) Malam tanggal 21 November 2010 seluruh relawan Tim GKI Wasior tiba di Jakarta.

43) Tak lama setelah kami tiba pertanyaan kapan Tim GKI kembali ke Wasior kembali berkumandang melalui telepon selular. Dengan setengah berbisik Ny. Hartini menjawab, “Kalau Tuhan berkenan pada saatnya kami akan kembali ke Wasior.

44) Tim GKI meninggalkan Wasior, muncul sebuah pertanyaan, Bagaimana kelanjutan Rumah Sakit Darurat Gerakan Kemanusiaan Indonesia? Kebingungan membuat Dr. Habel, Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Teluk Wondama berencana akan ke Jakarta menemui pimpinan Tim GKI untuk meminta Tim GKI dapat melayani di Wasior beberapa bulan lagi sampai Wasior pulih kembali. (Yusak Ismanto, Hartini Suryadi)

Reported by

Pdt. Kuntadi Sumadikarya –

Tim GKI – Sinode GKI

Tidak ada komentar: